POTRET KUSAM PANTAI MARUNDA, “PANTAI PUBLIKU SAYANG PANTAI PUBLIKU MALANG”


 Senja di sisi Barat pantai publik Marunda
 
Ampun Jakarta. Senja yang cerah kami mengunjungi  pantai publik Marunda, tampak banyak masyarakat yang datang untuk berekreasi, karena memang masyarakat butuh tempat rekreasi yang gratis seperti itu.  Menurut penilaian kami Pantai Publik Marunda tidaklah terlalu nyaman  dan tidak tertata dengan baik. Pantai ini  berupa tanggul beton sepertihalnya penagkal ombak/break water.


 Suasana santai pasangan muda-mudi di pantai publik Marunda

Untuk menuju ke Pantai Publik Marunda dapat melalui jalan menuju STIP Marunda, ada dua pilihan jalan melalui jembatan yang menuju kearah Masjid Al-Alam atau melalui akses Rumah susun Marunda. Kami memilih jalan akses Rumah Susun Marunda. Pantai Publik Marunda telah dilengkapi oleh fasilitas parkir yang bersifat swadaya masyarakat lokal, namun  beberapa fasilitas umum lainnya seperti toilet tidak ada, kecuali kamar kecil  warung-warung yang ada di sana.

Senja di Pantai Publik Marunda, kami melihat puluhan orang menikmati matahari terbenam  sambil bercengkrama, dan ketika malam telah tiba,  di antara riak air laut dan sampah-sampah yang bertebaran dipermukaannya, kami merasakan desir syahdu muda-mudi, sekelompok pemancing serta derai canda masyarakat yang  menikmati suasana seadanya sebagai hiburan, 

 Sisi Timur pantai publik Marunda

Di sisi Timur pantai yang mengarah ke tengah laut, samar-samar masih tampak excavator yang sedang mengerjakan proyek reklamasi di kawasan Timur Pantai Utara Jakarta, tepatnya  di muka muara BKT. Kami merasa yakin inilah Pantai Publik yang tersisa di sepanjang 32 KM  garis pantai Teluk Jakarta.  Kelak setelah proyek reklamasi selesai kami juga yakin pantai ini akan tetap ada,  namun kami membayangkan kondisi yang berbeda. Pantai Publik Marunda akan dikelilingi  kawasan pelabuhan,  pergudangan dan peti kemas.

Semakin larut malam, ditengah kegelapan keriuhan muda-mudi semakin ramai, dan hiburan pengamen jalanan berlalu lalang mengais rezeki walaupun terkesan memaksakan.  Cahaya tengah laut Teluk Jakarta menebar aroma romantik,  diantara romantisme pasangan yang sedang memadu harap. Sementara itu kabut polusi dan sampah tampak menghampar di antara riak air berwarna hitam pekat. Perlahan kami merasakan bau tak sedap merambat pada indra penciuman, ah ..nyamuk pun menyengat.  Marunda potret pantai publik yang kusam, pantai ku sayang, pantai ku malang, namun dapat memberi sedikit kecerian bagi masyarakat Jakarta. [editor

Leave a Reply